YOU ONLY LIFE ONCE

Kamis, 22 Agustus 2013

Life is about C H O I C E S

"Oke , I'm promise !" serunya dalam hati.
Lalu ia menghempaskan tubuhnya di sofa merah muda kesayangannya. Wajahnya terlihat lebih letih dari biasanya. akhir-akhir ini memang menjadi hari yang berat untuknya. Sebenarnya ia ingin sekali menceritakan semua unek-unek yang sudah sampai ke ubun-ubunnya itu pada seseorang , tapi siapa ?
Denisa mengerutkan dahinya , wajah gadis itu semakin terlihat manis sambil berpikir siapa ya kira-kira orang yang akan menjadi penampungan semua keluh kesahnya.  Denisa bukan tipe yang blak-blakan , ia berpikir sejenak . 
"Siapa ya yang kira-kira bisa gue jadiin bak curhatan gue " Ujar Denisa. aku tau gadis berkulit sawo matang itu memang buka tipe orang yang gampang mengeluarkan isi hatinya , menurutnya orang yang ia curhati harus bisa memberikan solusi ya setidaknya motivasi untuk ia tetap bersemangat. 
Denisa menghela nafas panjang , ia tak berhasil menemukan orang yang cocok . Bukannya ia tak punya sahabat , tapi baginya sahabat nya adalah keluarga dekat dan dirinya sendiri . Kalaupun ada orang lain , ia pun akan berpikir berulang kali kalau mau menceritakan sesuatu. Ia terdiam , teringat sesuatu, seketika itu juga raut wajahnya berubah sedih. ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Rasa sesak semakin menyeruak , seolah ingin meledak dari hatinya. Tangisnya pun pecah. 
"Kenapa sih hidup gue apa-apa harus diatur ? apa gue gak boleh nentuin hidup gue sendiri, kenapa orang-orang nyuruh gue ini itu , tapi apa mereka pernah nanya apa mau gue ? gak ada , GAK ADAAAAA !!!"
Denisa terisak isak , ia sudah tak peduli lagi bagaimana wajahnya sekarang pasti sudah mirip cumi-cumi gosong .ketika terdengar suara ketukan pintu kamarnya.
"Tok tok tok"
"Nis,Denisa , lo kenapa ? ayo buka pintunya" sahutku dari luar kamarnya.
Dengan langkah gontai, wajahnya yang masih acak-acakan dan mata sembab ia bagkit dari tempat tidur. 
Saat pintu terbuka , dan benar terlihatlah penampilannya yang tak ubahnya seperti habis kena angin topan.

"Nis , kamu kenapa lagi ? ayok sini cerita sama aku".
"Engga ah , gue kan udah banyak ngerepotin hidup lo sama cerita-cerita gue,jadi kali ini gue hadepin sendiri aja" Kata Denisa dengan senyum kecil yang dibuat agar aku percaya , karena pasti terlihat raut wajahku yang mencemaskan dirinya. Lalu dengan berbagai bujukan yang aku tujukan padanya akhirnya berhasil membuat gadis bermata indah itu membuka suaranya.

"Nad , kenapa sih hidup gue ini selalu aja diatur , dari gue kecil sampe gue luluspun semuanya tetep diatur , gue capek jadi boneka , gue pengen coba sedikit aja nikmatin hidup gue , ngelakuin yang emang gue suka , bukan yang ortu pengen "

Aku tercekat mendengar penuturan gadis itu. " Nis , kamu itu cantik , manis , baik , pinter, dari keluarga mampu , kamu punya segalanya nis "

Denisa menatapku , "Tapi nad , oke gue bisa terima waktu gue dipaksa masuk kedokteran dan harus ngubur mimpi gue jadi arsitek , tapi kali ini lain" kemudian suaranya mulai merendah.

Aku bingung apa yang dimaksud gadis itu , "Lain gimana nis ?".

"Gue dijodohin nad , padahal gue sama sekali gak ada feel sama orang pilihan papa gue , hidup gue tuh buat apasih sebenernya".

Kemudian Denisa kembali menangis , kali ini di sudah dalam dekapanku. Ku renggangkan pelukanku , ku seka airmata gadis itu.

"Sebelumnya aku tanya ya , apa kamu udah bilang baik-baik ke papa kamu kalo kamu gamau ?"

Denisa menggeleng.

 "Apa selama ini kamu cuma nurut tanpa kamu pernah protes sedikitpun ?"

kali ini Denisa mengangguk.

Aku menghela nafas , pandanganku kini menerawang jauh keluar jendela kamarnya senja kali ini.

"Nis , buat aku hidup itu anugerah dari Tuhan, banyak diluar sana orang yang gak seberuntung kamu , gak seberuntung kita".

 Denisa memperhatikanku .

"Hidup itu tentang pilihan , memilih atau dipilih . gak selamanya dipilih itu baik dan gak selamanya memilih itu buruk . dan bagiku hidup itu tentang pilihan untuk terus berjuang , memperjuangkan yang aku yakini sebagai jalan hidupku dan kebahagiaanku atau pilihan untuk pasrah tanpa berusaha dan hanya bisa menerima dan menyesali diakhir. Sekarang , saatnya kamu memilih. memilih untuk pasrah atau berjuang mendapatkan pasangan hidupmu sendiri. Ingat, mencintai itu tidak bisa dipaksa , tidak bisa diterka akan jatuh pada siapa , banyak orang yang menikah tanpa saling mencintai , kata mereka "nanti juga cinta kok seiring jalannya waktu" , tapi buatku itu gak berlaku,karena cinta itu urusan hati, dan apa kamu mau hidup dengan orang yang sebenarnya gak kamu cintai , Jadi apa pilihanmu nis? ".

"Kali ini gue bakal berjuang nad" jawabnya mantap.

"Bener?"

Gadis itu mengangguk mantap.

"Oke,sekarang datanglah ke papamu , bilang baik-baik apa yang jadi keinginanmu , aku yakin beliau paham dan pasti ingin melihat anaknya bahagia"

Kini kulihat senyumnya kembali merekah , wajahnya yang tadinya kusut sekarang kembali berseri. ada seberkas kehangatan dihatiku atas rasa syukurku pada Tuhan , karena aku dibesarkan di keluarga yang memberiku hak untuk memilih dan pasti bertanggung jawab,aku pun ikut tersenyum memandangi gadis itu. Dia meraih ponselnya dan mengirim sebuah pesan singkat pada papanya.
Pah , besok aku pulang ke Bandung , ada yang mau aku omongin.
Denisa

Dewi Putri Lestari :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar