YOU ONLY LIFE ONCE

Senin, 28 Oktober 2013

Memori 17




Senja di kota budaya kali ini terasa begitu berbeda. Langit Ingatanku kembali pada setahun yang lalu, saat semua perjuanganku berhasil membawaku menjejakan kaki di kota Yogyakarta. Dari kecil aku aku sudah bercita-cita bekerja menjadi seorang wartawan, awalnya impian itu didukung penuh tapi akhirnya Ibuku tidak setuju dengan alasan kalo aku ini anak perempuan, memangnya kenapa dengan anak perempuan? . Harus kukubur dalam-dalam mimpi itu. Aku punya banyak sekali impian yang ingin aku wujudkan satu per satu. Dari sesuatu yang kecil hingga sesuatu yang besar. Sejak kecil aku di didik di keluarga sederhana nan bersahaja. Aku tidak pernah merasa kekuarangan sampai suatu hari pada masa di titik terendahku. Titik dimana aku merasa aku berada dipaling bawah. Aku mulai memilih program studi di perguruan tinggi yang aku idamkan, kali ini Manajemen pilihanku. tapi Tuhan berkata lain , di penghujung mei 2012 tak ada namaku dideretan mahasiswa baru yang diterima , sedih sih tapi mau bagaimana lagi ? mungkin Tuhan ingin melihat aku berusaha lebih keras lagi. kurang lebih dua minggu sebelum ujian tulis aku kembali mengikuti bimbingan belajar , kali ini aku tidak ingin main-main, aku belajar dengan sungguh-sungguh. Waktupun berjalan dengan cepat, aku mengkuti ujian tulis di Surakarta , ya Surakarta. Kota impianku, kota yang aku pilih menjadi tempatku meraih cita. aku tak sabar menunggu haru pengumuman tiba, karena apa? karena hari itu bertepatan dengan hari ulang tahunku yang ke 17 tahun , yaps my sweet seventeen guys!! . Aku sudah berusaha semaksimal mungkin, bukan cuma usaha lahir aja tapi usaha batin dan pedekate sama yang Diatas pun gaboleh kelewat. Tibalah hari pengumuman itu, 7 Juli 2012. Ucapan selamat dan doa-doa terus mengalir di usiaku yang ke 17. Aku bergegas meraih laptopku dan segera menuju halaman pengumuman. Aku kembali harus menerima kenyataan terberat kala itu, lagi-lagi aku tidak lolos. Aku terdiam, rasanya ingin sekali aku menangis sekencang-kencangnya tapi aku tahan karena saat itu ada Ayah,Ibu, serta keluargaku yang lain. Aku tidak ingin membuat kekecewaan mereka semakin bertambah. Kemudian ayah berkata, “Yasudah gapapa nduk , mungkin belum rejekinya. Gausah disesalin”. Lalu Ibu menambahi “Iya nduk, yang penting kamu belajar terus jangan patah semangat”. Kemudian satu persatu keluargaku meninggalkan kamarku, tinggal aku sendiri dikamar, lalu pintu kamar ku kunci dan kulempar tubuhku di tempat tidur. Rasa kecewa, marah, menyesal, semua bercampur jadi satu, merasuk kedalam jantungku. Aku menangis sejadi-jadinya, rasanya Tuhan tak adil padaku saat itu, Tuhan pilih kasih terhadapku atau Tuhan memang tak sayang denganku? Pikiran macam-macam dan spekulasi-spekulasi bodoh mengalir tentang Tuhan. Sampai akhirnya aku tahu yang aku lakukan itu salah, tidak seharusnya aku menyalahkan Tuhan. Mungkin Tuhan masih ingin melihat aku berjuang, masih ingin mendengar doa-doaku, dan aku yakin Tuhan telah menyiapkan “kado pengganti” yang lebih istimewa. Aku tidak boleh terpuruk,apalagi putus asa, pokoknya aku harus semangat. Aku kembali mengunjungi situs Perguruan Tinggi negeri yang aku inginkan. Pilihanku jatuh pada salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta. Padahal jauh sebelumnya aku tak pernah terbersit sedikitpun untuk memilih kota ini. Dalam masa itu aku tinggal di Surakarta bersama kakakku, jauh dari rumah dan masih menunggu jalur swadana di kampus idamanku dulu , jarak pengumuman dan tes masuk yang akan aku jalani hanya satu hari. Niatnya sih, kalo yang swadana diterima aku akan mengikhlaskan yang di Yogyakarta. Tapi nyatanya lagi-lagi Tuhan ingin melihat aku berusaha “lebih” lagi. Ditemani kakakku , mengejar kereta terakhir ke Yogyakarta. Kali ini semangatku hampir habis, aku tidak belajar sama sekali, aku pasrahkan saja semuanya pada Tuhan. Seminggu berlalu, ada yang berbeda dengan minggu ini, hampir 3 kali aku bermimpi menjadi mahasiswi di Yogyakarta. Ah itu hanya bunga tidur saja. Pagi itu, 21 Juli 2012, aku bangun dengan mata yang masih berat. “Dek, pengumunan kapan?”tanya kakaku. “Hari ini mba tp di web jam 9 tp mungkin di koran udah ada”. Kakakku berhambur keluar kos, entah kemana. Beberapa menit kemudian terdengar kakakku berteriak. “Deeeek deeekk ada namamu disini, bawa nomer pesertanya cepeet”. Ternyata seluruh penghuni kos Tisanda 2 itu sudah berkumpul diruang tengah, kurebut koran ditangan kakakku, segera kucari namaku , dan ya Tuhaaaan aku tidak bisa berucap apa-apa selain bersyukur dan menangis haru. Langsung kuhubungi Ibu Ayah dirumah , kalian tahu ? ayahku menangis , beliau menangis.Ayah yang kaku,disiplin,dan sekarang beliau menangis untukku? Tuhan aku sangat mencintai mereka. detik itu telah membuka mataku, bahwa siapa yang bersungguh sungguh ia akan berhasil.  Terkadang Tuhan tidak memberikan apa yang kita inginkan,tapi percayalah Tuhan selalu memberikan apa yang kita butuhkan. Dan satu lagi jangan pernah putus asa , sesulit apapun itu teruslah semangat, karena Tuhan akan menghadiahkan sesuatu yang jauh lebih istimewa dari apa yang kita inginkan, mungkin bukan sekarang tapi mungkin di masa depan.