YOU ONLY LIFE ONCE

Jumat, 04 Desember 2015

Sepatu Cinta Untuk Ayah

Ketika seorang teman menuliskan bahwa ayahnya tak pernah membeli sepatu lebih dari 250.000 , aku teringat ayahku.
Ya, sepatu yang beliau kenakan untuk bekerja harganya tak lebih dari 250.000, dan itu pun beliau kenakan bertahun-tahun hingga ada yang pernah lebih dari 10 tahun. Kondisinya ? Ada yang sampai jebol-jebol :') . Padahal dengan penghasilan ayah, ayah jelas mampu membeli sepatu dengan harga berkali-kali lipat dari itu, tapi ayah tidak pernah melakukannya.

Alasannya ? Sederhana, ayah takut tidak bisa membelikan anak-anaknya barang yang kami butuhkan dengan kualitas yang bagus :) .

Ayah, tidak pernah malu melangkah dengan sepatu tuanya. Ayahku mungkin tidak sama dengan ayah teman-temanku yang mengenakan sepatu dengan merk ternama dan harga fantastis.
Aku ingat benar ketika aku membuat alasan "pah sepatu aku bawahnya ngeletek nih" , padahal sepatuku masih baik-baik saja.

Lalu ayah menjawab dengan gurauan khasnya "Mana coba sini, sepatu adek nanti papa betulin di lem pake lem kayu".
Seketika itu juga wajahku cemberut khas anak kecil merajuk meminta sesuatu.
Tapi ya sudah, aku tak berani meminta terus-menerus. Esok harinya, tiba-tiba ayah membangunkan tidur siangku.
" dek ayo bangun, katanya mau beli sepatu, ayo bangun nanto toko nya ke buru tutup".

Saat itu aku cuma sebatas anak yang senang sekali akan dibelikan sepatu baru.
Tapi detik ini, aku tahu..
Ayah yang kadang galak, cerewet, dan sering aku umpat "ayah pelit, kenapa aku disuruh nabung kalo mau beli apa-apa" ketika kecil. Pikiranku kala itu hanya, mengapa ayah selalu memberiku uang jajan yang diberikan sekaligus untuk beberapa hari. Padahal aku tahu ayah mampu memberikanku uang jajan jauh lebih banyak dari yang ia berikan kala itu. Ternyata ayah ingin aku bisa mengatur uang sejak kecil, sejak kelas 1 SD.

Ayahku.
Bukan orang yang menunjukan rasa sayangnya dengan kata-kata.
Ayahku.
Yang kini rambutnya mulai memutih, guratan di wajahnya terlihat jelas, dan kesehatan ayah yang mulai terganggu..

Dear, Ayah..
Ayah memang bukan seperti ayah teman-temanku yang mungkin lebih gaul
Tapi Ayah adalah Ayahku.
Yang sifat kerasnya, mungkin sedikit menurun padaku.
Yang guratan-guratannya jelas terlihat di wajahku.
Yang kadang lebih bisa menjadi pendengar yang baik daripada ibu.

Jika kelak aku sudah bisa menghidupi diriku sendiri, aku ingin membelikan sepatu untuk ayah dari gaji pertamaku..
Mungkin harganya tak seberapa, setidaknya aku ingin memberikan sepatu untuk melindungi kaki-kaki ayah yang mulai gontai untuk berjalan sendirian..
Semoga sepatu itu bisa menemani ayah menjelang masa purna ayah..

Dari anakmu,
yang bagi nya rumah yang paling dirindukan adalah rumah dimana putrimu bisa menyaksikan ayah berkelakar tentang carut marut pemerintah

Your little daughter
Dewi Putri Lestari