YOU ONLY LIFE ONCE

Jumat, 04 Desember 2015

Sepatu Cinta Untuk Ayah

Ketika seorang teman menuliskan bahwa ayahnya tak pernah membeli sepatu lebih dari 250.000 , aku teringat ayahku.
Ya, sepatu yang beliau kenakan untuk bekerja harganya tak lebih dari 250.000, dan itu pun beliau kenakan bertahun-tahun hingga ada yang pernah lebih dari 10 tahun. Kondisinya ? Ada yang sampai jebol-jebol :') . Padahal dengan penghasilan ayah, ayah jelas mampu membeli sepatu dengan harga berkali-kali lipat dari itu, tapi ayah tidak pernah melakukannya.

Alasannya ? Sederhana, ayah takut tidak bisa membelikan anak-anaknya barang yang kami butuhkan dengan kualitas yang bagus :) .

Ayah, tidak pernah malu melangkah dengan sepatu tuanya. Ayahku mungkin tidak sama dengan ayah teman-temanku yang mengenakan sepatu dengan merk ternama dan harga fantastis.
Aku ingat benar ketika aku membuat alasan "pah sepatu aku bawahnya ngeletek nih" , padahal sepatuku masih baik-baik saja.

Lalu ayah menjawab dengan gurauan khasnya "Mana coba sini, sepatu adek nanti papa betulin di lem pake lem kayu".
Seketika itu juga wajahku cemberut khas anak kecil merajuk meminta sesuatu.
Tapi ya sudah, aku tak berani meminta terus-menerus. Esok harinya, tiba-tiba ayah membangunkan tidur siangku.
" dek ayo bangun, katanya mau beli sepatu, ayo bangun nanto toko nya ke buru tutup".

Saat itu aku cuma sebatas anak yang senang sekali akan dibelikan sepatu baru.
Tapi detik ini, aku tahu..
Ayah yang kadang galak, cerewet, dan sering aku umpat "ayah pelit, kenapa aku disuruh nabung kalo mau beli apa-apa" ketika kecil. Pikiranku kala itu hanya, mengapa ayah selalu memberiku uang jajan yang diberikan sekaligus untuk beberapa hari. Padahal aku tahu ayah mampu memberikanku uang jajan jauh lebih banyak dari yang ia berikan kala itu. Ternyata ayah ingin aku bisa mengatur uang sejak kecil, sejak kelas 1 SD.

Ayahku.
Bukan orang yang menunjukan rasa sayangnya dengan kata-kata.
Ayahku.
Yang kini rambutnya mulai memutih, guratan di wajahnya terlihat jelas, dan kesehatan ayah yang mulai terganggu..

Dear, Ayah..
Ayah memang bukan seperti ayah teman-temanku yang mungkin lebih gaul
Tapi Ayah adalah Ayahku.
Yang sifat kerasnya, mungkin sedikit menurun padaku.
Yang guratan-guratannya jelas terlihat di wajahku.
Yang kadang lebih bisa menjadi pendengar yang baik daripada ibu.

Jika kelak aku sudah bisa menghidupi diriku sendiri, aku ingin membelikan sepatu untuk ayah dari gaji pertamaku..
Mungkin harganya tak seberapa, setidaknya aku ingin memberikan sepatu untuk melindungi kaki-kaki ayah yang mulai gontai untuk berjalan sendirian..
Semoga sepatu itu bisa menemani ayah menjelang masa purna ayah..

Dari anakmu,
yang bagi nya rumah yang paling dirindukan adalah rumah dimana putrimu bisa menyaksikan ayah berkelakar tentang carut marut pemerintah

Your little daughter
Dewi Putri Lestari

Kamis, 15 Oktober 2015

Tentang Merasakan Patah Hati

"Anak yang sedang kamu sayat hatinya itu, adalah anak yang mati-matian dibahagiakan oleh Pria setianya".

Sering bukan mendengar kalimat seperti itu?
Saya, kamu, mereka, laki-laki, perempuan, semuanya pernah merasakan patah hati.
Enak ? Tidak, bagi saya.
Ya siapa pula yang ingin hati yang cuma satu-satunya harus dihancurkan oleh orang yang hanya 'hahahihi' numpang lewat dan pergi ngeloyor gitu aja tanpa permisi. Gak ada.
Ini tentang satu hari dimana fase kehidupan bernama patah hati pasti akan dilalui oleh setiap yang lahir ke dunia. Entah itu karna cinta atau masalah hidup yang lain.
Hal pertama yang saya dirasakan ketika 'petir' itu nyamber tanpa permisi adalah hatinya jadi sesak, sesak sesesak sesaknya. Suhu badan panas dingin, hatinya berasa bolong, dan perut pasti langsung kaya kekunci.
Rasanya warbiyasak tidak enak.
Pengen ngulangin yang begitu ? Gue sih ogah ye~

Tapi apalah daya, namanya juga hidup. Selalu bersinggungan sama orang lain. Pasti ada ajaaaa ya yang bikin hati bolong. Dulu sih tiap patah hati, seolah gak terima sama yang menimpa diri sendiri. Berasa gak adil. Berasa udah belom bisa jadi orang baik, tapi ngerasain patah hati mulu.
Terus lama-lama aku mikir. Mungkin dulu saya juga pernah bikin 'rasa gak enak' kaya gini ke orang lain. Dan sekarang giliran Tuhan pengen tahu segimana kekuatan saya kalo hati nya di bolongin terus-terusan.

Orang bilang kita harus sabar dan ikhlas.
Iyaaa dua kata itu sering bangeeet wara-wiri di telinga saya. Tapi ngejalaninnya setengah hidup banget. Kadang suka pengen marah, suka pengen ngata-ngatain, pengen nyindirin, bahkan pengen liat yang bikin bolong hati kita itu menderita. Wajar sih tapi saya mikir lagi, bukannya itu semua bikin kita semakin terlihat menyedihkan ?

Gak memungkiri, namanya orang habis dibikin patah hati yaa pengennya buru-buru bangkit, nunjukin kalo hidupnya lebih bahagia, wajar karena masih ada dendam di hati, dan terus gembar-gembor 'ini loh gue udah bahagia'.
Tapi apa iya begitu terus ? Sumpah, demi apa itu menyedihkan.
Ada yang bilang juga, gausahlah di update gitu, malu-maluin, bikin semua orang jadi tahu.
Ehmmm gimana yaaa, gak semua orang juga bisa mendem apa yang dirasain, meskipun udah cerita ke orang terdekat tapi rasanya pasti belum bener-bener sembuh.
Terus kudu gimana ??????
Saya sendiri gatau.
Sumpah tulisan ini bener-bened absurd, se-absurd yang nulis.
Kalo saya sih, yaudah kalo lagi mau sedih, yaudah sedih aja. Nangis sekenceng-kencengnya sampe matanya perih, sampe sadar kamu bakal malu dengan wajah sembabmu besok pagi.
Sama kurang-kurangin mikirin yang udah bikin patah hati.
Bilang aja ke diri sendiri, 'yaudah gapapa, emang jalannya udah begini, mau diapain lagi'.
Bukannya ngajarin jadi orang yang nyerahan dalam urusan hati sih ya. Cuma kalo buat saya, yang udah pernah ngecewain yaudah sih ngapain diharapin lagi.
Well, tapi tiap orang beda-beda sih ngatasinnya. Kamu yang paling ngerti gimana dirimu sendiri, kamu yang paling kenal dengan hatimu sendiri, dan cuma kamu sendiri yang punya obatnya.

Jadi mau pilih menjalani hari-hari dengan hati yang bolong atau dikit-dikit nerima apa yang udah terjadi, itu balik lagi ke pilihan hati tiap orang ..

Oke udah ya, aku ngomong apasih siang ini. Udah lagi panas abis, mending cari yang adem-adem.

Dari pemilik hati,
Yang hati nya tinggal sepotong.

Dewi Putri Lestari.

Senin, 05 Oktober 2015

Sebuah Jalan Pulang

Semoga Tuhan selalu ingatkan aku untuk terus mencintai tanpa pamrih..
Kamu yang nantinya akan lebih jarang membalas pesan singkat dariku,
Menjejakan kakimu lebih jauh dari tempatmu berdiri hari ini,
Bahkan mungkin kau akan tidak punya waktu untuk sekedar bercerita via suara, Karena kesibukanmu,
Tapi akan ada saatnya kamu perlu itu, untuk membuatmu bangkit dari patah hati, kecewa, dan apapun itu..

Kamu hanya akan (terus) berjalan lebih jauh dari hari ini, lalu sepanjang itu pula doaku tidak akan pernah putus..

Berjalanlah sayang,
Berlari, melompat, bahkan terbang, kepada apapun yang kamu jadikan tujuan..
Lalu, pulanglah kepadaku..
Ceritakan semuanya dalam pelukku..

Dari aku,
Tempatmu kembali.

Kamis, 24 September 2015

Seperti aku, Seperti kamu

Ada beberapa kisah yang memang harus berakhir tanpa akhir.
Ada beberapa rasa yang memang lebih baik hanya dibiarkan begitu saja, menguap di tengah jalan.

sumber gambar : google

Seperti aku seperti kamu
Dua orang yang sama-sama merasa nyaman namun tak pernah tahu harus berjalan kemana.
Seperti aku, yang membiarkan rasa nyaman terhadapmu ini lama bersarang pada hatiku.
Seperti kamu, yang berusaha menahan segala rasa nyamanmu agar tak terlalu dalam jatuh menuju hatiku.
Entah ini apa namanya..
Yang jelas saat ini aku enggan beranjak disisimu
Aku masih ingin terus disampingmu, menemanimu, dan menguatkanmu saat kamu lemah.
Kamu pun tidak pernah menepis segala rasa dariku
Kamu pun seolah meruntuhkan tembok pembatas rasa yang kamu bangun sendiri.
Seperti aku, seperti kamu..
Bahwa aku dan kamu tak memiliki titik temu yang pasti
Titik temu dari ribuan kilometer yang selalu membentang tanpa bisa ditentang
Tapi aku menikmatinya, entah aku tidak tahu kamu menikmatinya atau tidak
Lalu, aku bertanya pada diriku sendiri..
Mau sampai kapan seperti ?
Entahlah, hanya waktu yang punya jawabannya

Bahwa saat ini aku ingin tetap seperti ini, berada disisi ternyamanku, bersamamu

Bohong jika aku berkata aku tak punya harapan tentangmu
Munafik jika aku mengatakan bahwa aku tidak menyimpan rasa untukmu
Bila esok kamu menemukan aksara-aksaramu, cukuplah aku turut berbahagia atas nama teman yang pernah memiliki rasa padamu, yang rasa itu dibiarkan menguap begitu saja..
Tapi tenang saja, aku akan lebih keras dan lebih sering untuk me-lobby Tuhan agar nama yang tercatat sebagai bangku kananku adalah kamu :)


Dewi Putri Lestari.

Kamis, 10 September 2015

Sepotong sendu pada siang di awal September

"Masa lalu itu tidak akan pernah bisa dirubah"
Ya saya setuju kalimat itu. Siang ini sepulang saya dari tempat magang seperti biasa, saya duduk di balkon kamar saya sambil mengistirahatkan sejenak dari segala kepenatan hari ini.
Lalu saya iseng membuka beberapa sosial media yang sudah sangat lama tidak saya jamah, disana saya seperti menemukan mesin waktu dengan fitur "scroll timeline" dan menemukan diri saya di beberapa bulan bahkan beberapa tahun silam.
Saya menghela nafas, tersenyum tipis secara otomatis melihat saya beberapa tahun lalu. Tahun dimana saya patah hati, menemukan yang baru, dan berujung pada kehilangan lagi.
Ada rasa syukur tak terkira yang terselip siang ini. Saya bersyukur untuk semua yang pernah terjadi, apapun itu.
Air mata, caci maki, kegalauan, bahkan kebencian. Saya bersyukur semua itu sudah terlewati dan detik ini saya baik-baik saja.
Saya akhirnya menemukan jawaban atas pertanyaan yang menggema selama ini. Akhirnya saya tahu bahwa "hanya diri sendirilah yang paling bisa diandalkan" benar adanya.
Mau bahagia atau bersedih, semua itu adalah pilihan dan konsekuensi atas ketegasan pada diri sendiri.
Untuk setiap yang pernah terjadi dan menjatuhkan air mata saya bersyukur telah lulus melewatinya.
Sejujurnya, ke depan saya hanya seperti gadis normal di usianya. Saya ingin bahagia sewajarnya, sedih seperlunya, dan mengajar mimpi sekuat-kuatnya.

Saya pernah menjadi lemah ketika saya bergantung pada sosok yang akhirnya pergi juga. Saya pernah menjalani hari kosong karena saya terlalu mendewakan sosok yang jejaknya sudah hampir terlupakan.

Saya ingin menjadi saya yang sekarang ini. Dengan segala kekuatan dan kesibukan meraih mimpi.

Dari saya, gadis 20 tahun yang ingin berdiri di atas kaki sendiri, yang bahagia menjadi saya yang sekarang, apa adanya.

Dewi Putri Lestari.

Senin, 24 Agustus 2015

Untitled

Karena manusia sejatinya tempat segala kesalahan bermuara.
Pada Tuhan segala pengampunan di panjatkan.
Pada Tuhan segala permintaan diajukan.
Biarkan hanya aku dan Tuhan yang tahu, apa saja yang sudah dipanjatkan.
Jika pada akhirnya tak dikabulkan, mungkin Tuhan ingin aku lebih gigih
Sebab, setahuku meminta tak cukup hanya lewat kata..

Dewi Putri Lestari.

Minggu, 19 Juli 2015

Makhluk Sejuta Topeng

Untuk makhluk Tuhan yang paling pandai bersandiwara memendam sejuta rasa yang ia rasakan, Wanita.

Hay wanita, masih kuat bersandiwara dengan senyuman palsu dan prinsip rapuh yang dibungkus ketegaran ?

Hay wanita, masih kuat berjalan sendiri tanpa mempunyai tempat untuk bersandar ?

Hay wanita, masih mau tetap menutup hati padahal sesungguhnya hati kecil sudah meminta untuk terbuka ?

Hay wanita, masih sanggup menghadapi semuanya sendiri diatas kaki sendiri ?

Sesungguhnya ia adalah makhluk yang sangat ingin dicintai tanpa ingin dikasihani.
Sesungguhnya, segala keangkuhan yang kamu saksikan hanyalah sandiwara semata.
Karena mereka, hanya ingin dicintai sepenuh hati.
Karena mereka ingin diterima apa adanya dengan segala kekurangan yang tidak bisa dikurangi.

Tidak ada yang benar-benar tahu kapan wanita merasa sedih kecuali dirinya sendiri.
Karena wanita hanya ingin diperjuangkan dengan sepenuh hati, bukan setengah hati.

Dewi Putri Lestari.

Ingat-Ingat yang Masih Ingat

Semalam saya menghadiri undangan pernikahan teman kecil saya sekaligus juga teman Smp saya.
Ini acara pernikahan kedua yang berhasil saya datangi. Kenapa harus dikatakan berhasil ? Karena biasanya tiap teman saya menikah kadang ada sesuatu yang membuat saya tidak bisa hadir. Selain alasan gak di undang, kadang ketika saya diundang, saya sudah kembali lagi ke perantauan.
Dan semalam  saya berhasil datang dengan rasa gentar "mau kesana sama siapa?"
"Udah lama banget gak pernah ketemu, apa iya ada yang masih ingat saya"

Sementara saya bukan deretan siswa yang tenar pada masanya. Saya cuma siswa biasa, pinter banget kaga, bodoh banget kagak, cantik enggak, jelek juga enggak kan ya ? Hahaha.

Lalu saya dateng sama ciskimil-ciskimil kesayangan saya. Yasmine dan Flora. Usianya ? Dua-duanya 3 tahun, berasa bawa anak :/ .
Saya dateng pas udah lumayan rame. Saya bingung gak ngerti caranya kondangan gimana, tata caranya gimana. Pokoknya ga paham blas.
Yaudah saya dateng, ngisi buku tamu, trus duduk deh.
Tamu-tamu mulai pada datang, beberapa ada yg masih saya kenal dan dia kenal.
Pas lagi ngobrol, tiba-tiba ada beberapa gadis-gadis yang melambaikan tangan saya dan manggil-manggil nama saya.

"Dew..dewi.. Dew"

Saya masih dengan muka bengong saya sambil senyum merhatiin siapa yang manggil. Saya berusaha nginget-nginget, tapi gagal :(
Saya yang basic nya pelupa hal apapun ngerasa sedih.

Mereka lalu menghampiri saya dan menyalami saya.
"Dew, sekarang dimana? Pasti lupa ya sama kita"

Saya cuma bisa senyum tipis, muka sedih sambil bilang "maaf aku lupa, abis pada beda"

"Kamu itu yang berubah banget"

Tapi mereka bukan terus sinis atau gimana dengan kelupaan saya sama temen-temen Smp saya. Mereka malah ngebantu saya nginget-nginget dengan ngebahas cerita jaman Smp. Daaan sayaaa seneeeeeng banget!!!
Saya yang dari dulu pas Smp ngerasa gak banyak deket sama temen-temen satu angkatan, tapi malam itu mereka dengan ramah menyambut saya. Membuat saya ngerasa gak sendirian ditengah 'reuni kecil-kecilan' itu.

Setiap saya ketemu di jalan sama temen kecil saya yang saya paham mukanya meskipun gagal inget namanya saya akan selalu nyapa. Kenapa ?
Karena buat orang yang ngerasa terlupakan dari temen-temen masa sekolahnya, sapaan hangat meski hanya sekedar say hay itu berarti banget. Seenggaknya kita masih dianggap ada dalam memori mereka.

Jadi terus ingat ingat yang masih ingat.

Dewi Putri Lestari.

Senin, 13 Juli 2015

Jodoh dan Segala Kebingungannya

Saya menghela nafas panjang untuk beberapa topik perbincangan akhir-akhir ini di sekitar saya.
Sesuatu yang membuat kepala saya pening, hati saya gelisah, dan pikiran saya buntu.
Yak percakapan tentang masa depan.
Tidak hanya persoalan tentang materi tetapi juga jodoh.
Iya, Jodoh.
Entah kenapa beberapa perbincangan justru membuat saya gelisah, membuat saya takut, dan membuat keyakinan saya untuk sendiri dulu mulai goyah. Kenapa ?
Sejujurnya saya pun bingung bagaimana menjabarkan rasa takut itu, saya terlalu takut untuk membayangkan tanpa berani melangkah lebih maju.
Dada saya selalu sesak ketika orang-orang terdekat saya justru berkata sebaliknya apa yang mereka katakan dulu.
Dulu mereka bilang, "sekolah dulu, kerja dulu, baru serius"
Namun kata-kata itu seolah tidak pernah terucapkan ketika usia saya menginjak 20 tahun.
Mereka justru menggemakan sesuatu yang berbeda di kepala saya..
"Carilah dari sekarang, kalau sudah sibuk bekerja apa iya masih sempat punya waktu untuk mencari hal tersebut"

Rasanya sesak, ingin menangis kalau bisa.
Saya bingung saya harus bagaimana. Saya justru seperti berada di jembatan yang rapuh. Entah saya harus maju atau harus kembali. Saya tidak tahu. Saya bingung. Dan akhirnya saya menangis, melepaskan semua kesesakan, kegamangan, dan segala yang membuat hati ini berat.
Beberapa orang bilang saya terlalu muda untuk memikirkan hal itu.
Tapi... Segala perbincangan tentang jodoh membuat saya mulai takut.
Bersyukurlah untuk kalian yang sudah menemukan jodoh.

Mungkin yang harus saya lakukan saat ini adalah menjalani apa yang ada. Membenahi segala urusan yang harus dibenahi. Menjalani hidup dengan segala penerimaan kenyataan hidup saya.

Dewi Putri Lestari.

Minggu, 12 Juli 2015

Tuhan, terimakasih..

Tuhan..
Untuk apapun yang pernah terjadi dalam hidup saya, kemarin, hari ini, hingga esok dan seterusnya, saya berterima kasih.
Untuk segala kerapuhan dan kesedihan yang pernah datang, menguji dan menjatuhkan.
Untuk segala air mata, perjuangan, juga kegagalan demi kegagalan.
Saya berterima kasih.

Untuk hidup yang begitu penuh cerita,
yang berjalan seiring usia.
Air mata yang pelan-pelan akhirnya menyembuhkan luka.
Tawa yang diam-diam tersusun rapi dan mencipta bahagia, saya sungguh berterima kasih, Tuhan.
Untuk segalanya, untuk seterusnya.

Sebuah senja dan Teman masa kecil

Hai Ramadhan , sudah tinggal satu minggu lagi kita bertatap di tahun ini..
Ramadhan selalu membawa cerita yang berbeda pada tiap orang.
Hari ini saya mendapat banyak pelajaran dari teman yang usianya 21 tahun, yang saat ini menjadi tulang punggung keluarga, dan bisa membiayai pendidikan adik-adiknya dan mengangkat kehidupan orang tuanya.

Saya mengenalnya lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Saya tahu benar bagaimana kondisi kehidupannya sejak kami masih anak-anak. (Maaf) Sangat jauh dari kata cukup.
Saya tinggal di lingkungan biasa (bukan perumahan). Jadi sejak kecil saya melihat macam-macam kehidupan, dari yang untuk makan hari ini saja ia harus berjuang keras sampai yang berkelimpahan makanan sampai-sampai makanan itu basi dan harus dibuang.

Ia membuka percakapan singkat kami sore tadi.
"mereka yang membuang makanan itu seharusnya tahu bagaimana rasa nya bersyukur. Kalaupun sudah tidak dimakan, ya berbagilah dengan tetangga kanan kirinya yang masih tidak bisa makan" .
Saya sering mendengar kalimat tersebut, tapi berbeda dengan kali ini. Hati saya seperti dihantam batu yang sangat keras. Pun malu.
Sementara saya masih terdiam, ia kemudian melanjutkan perkataannya.
"Bersyukurlah kalian yang masih bisa sekolah tinggi tanpa perlu memikirkan dan merasakan capeknya kerja"
"Bersyukurlah kalian masih bisa nongkrong di cafe mahal tanpa takut esok hari tidak bisa makan"
"Bersyukurlah karena kalian tidak perlu mengubur impian kalian hanya karna tidak punya biaya untuk melanjutkan sekolah"

DEG.
Bagi sebagian orang perkataan seperti itu hanyalah perkataan biasa. Tapi bagi saya kata-kata seperti itu harus terus didengungkan dalam kepala. Agar tak terlalu sering menuntut karna selalu mendongak ke atas. Supaya lebih sering melihat ke bawah, supaya lebih sering berucap syukur.

Setiap manusia yang lahir ke dunia, dia tidak pernah tahu akan lahir dari keluarga yang mana. Kalau semua boleh meminta, tentu saja mohon dilahirkan di keluarga yang berkecukupan.
Tapi Tuhan sudah membagi rata kan semua sesuai porsinya. Mungkin saya sendiri kalau diposisikan di tempat teman saya, saya belum tentu bisa menerima keadaan, dan berusaha keras untuk bangkit.

Dari sosoknya yang saya lihat sore tadi, tidak ada raut terbebani, tidak ada raut kesedihan. Yang terlihat adalah wajah lugu yang berseri penuh dengan keikhlasan dan segala penerimaan dalam hidup.

Terimakasih atas sore yang lebih hangat dari biasanya.
Terimakasih atas segala pelajarannya.
Aku tahu, sebentar lagi perjuanganku akan di mulai.

Dewi Putri Lestari

Kepada Orang Yang Baru Patah Hati

Oleh Raditya Dika

Kepada Orang Yang Baru Patah Hati: http://youtu.be/SfuQeHA0r64

Persilahkan dirimu bersedih. Para orang punya pandangan yang aneh tentang bersedih. Seakan-akan bersedih adalah hal yang tabu, seakan kamu harus buru-buru tertawa. Setelah hal buruk menimpah, tapi tidak ! Seperti hujan di tepi senja, kamu harus membiarkan setiap sendu yang ada.
Setiap kematian butuh peratapan, begitu pun cinta yang telah mati, maka lakukanlah apa yang orang patah hati lakukan. Menangis hingga tidak bisa mendengar suaramu sendiri, makan coklat sebanyak-banyaknya, mandi air panas hingga jarimu pucat, pergi ke kafe dengan tatapan nanar, pesan satu buah es teh manis karena kopi mungkin terlalu pahit untuk diminum disaat seperti ini. Izinkanlah dirimu bersedih. Menangislah seakan ini terakhir kalinya kamu dikecewakan seseorang. Menangislah seakan kamu lupa caranya berharap.

Kepada orang yang baru patah hati
Setelah kamu bosan bersedih. Inilah saatnya kamu mengangkat dirimu kembali. Mulai dengan hal yang mudah, kamu bisa mulai coba mengambil gitar dan mengambil nada-nada mayor yang bahagia. Ambil piano dan bermain soneta yang indah, atau jika kamu tidak bisa bermain musik lihatlah dirimu didepan cermin dan bersenandunglah. Lalu diantara nada-nada itu bisikkan kepada dirimu sendiri "Aku pantas untuk bahagia".

Kepada orang yang baru patah hati
Selalu ada teman untuk menemani kamu, pergilah bertemu teman mu. Tertawalah sampai lupa waktu. Tanyakan kabar teman yang lain, pamerlah keberhasilanmu dibidang-bidang yang kamu suka. Dan jika memungkinkan nongkronglah sampai kamu di usir dari tempat itu, emang sih kenangan terhadap dirinya kadang masih sering menganggu.
Tempat yang kalian pernah datangi tidak akan terasa sama. Teman yang belum tau mungkin akan menghampirimu dan bertanya "Si dia mana ya ?", yang kamu akan balas dengan senyum tipis, entah bagaimana menjawabnya. Tapi percayalah satu hal semua ini akan berlalu, sama seperti hal lain di dunia, semua hal buruk pasti akan beranjak pergi, hujan pasti akan terganti langit biru, gelap pasti terganti terang, dan luka pasti terganti dengan senyuman tipis dibibirmu.

Kepada orang yang baru patah hati
bersabarlah, karena di setiap gelap ada cahaya kecil, karena disetiap sakit ada pembelajaran, karena kamu pantas untuk bahagia kembali. 

Sabtu, 04 Juli 2015

Berdamai dengan Diri Sendiri

"Sejelek-jeleknya bercanda adalah yang ngatain fisik orang lain, kayak kamu udah paling sempurna aja".

Kata-kata itu terngiang-ngiang terus di kepala saya, karena saya menjadikan kalimat itu sebagai self reminder. Buat apa ? Ya tentunya untuk mengingatkan saya agar bisa lebih bersyukur, lebih menghormati orang lain, dan tidak menghina ciptaan Tuhan.
Mungkin postingan kali ini akan terasa " sok" baik atau sok sok yang lainnya. Terserah ya. Tapi buat saya pribadi, sejak kecil saya tidak pernah diajarkan untuk memandang kelemahan/kekurangan orang lain sebagai bahan lelucon yang begitu ringan dilontarkan.
Beberapa orang sering bilang sama saya, saya ini terlalu sensitif, pulangnya kurang malam, atau tidak asik untuk di ajak bercanda.
Well, segitu gak ada kah bahan gurauan lain yang lebih pantas dilontarkan tanpa menyakiti hati orang yang lain ?
Segitu rendahnya selera humornya, sampai-sampai ejekan fisik bisa membuat anda tertawa ?
Apa dengan mengejek orang lain anda bisa lebih bahagia dan merasa jauh diatasnya ? ...poor you.
Postingan ini tidak hanya mewakili kata hati saya, tetapi beberapa teman yang juga kurang berkenan dengan hal seperti itu.
"Ih idung lo gede amat, ih badan lo dari dulu cungkring terus, ih mata lo belo amat, ih gendut banget kaya kebo, ih giginya nongol, ih jalannya pincang.. " dan ih ih lainnya yang bikin saya perlahan males dengan tipe orang yang seperti itu.

Sakit hati ? Bagi sebagian orang, IYA.
Tapi untuk saya sendiri, saya berusaha untuk gak marah, gak dipikirin, dan gak diambil hati. Tapi saya gak bisa memungkiri kalau saya kecewa, kecewa dengan orang-orang yang seperti itu.
Tidak apa-apa kalo yang bilang seperti itu adalah versi terbaik tercantik terganteng dari manusia, tapi emang ada yang kayak gitu ? Gak ada.
Kalo kita bisa request sama Tuhan, saya yakin gak ada tuh yang mau diciptakan dengan memiliki kekurangan. Pun udah pasti saya bakal minta jadi yang paling baik, paling cantik, dan gak ada yang menyamai ya. Tapi nyatanya kita hanya makhluk Tuhan yang sudah diciptakan sedemikian rupa, yang udah dianugerahin hati nurani, akal, pikiran supaya bisa nerima dan menjalani hidup versi terbaiknya masing-masing.

Saya cuma males meladeni yang seperti itu. Anggaplah saya ini sensian. Tapi saya cuma pengen liat gak ada lagi yang melontarkan guyon menyakitkan macam itu. Okelah kalau itu sahabat akrab,dll. Tapi yang sering saya temui adalah mereka yang mengatai itu gak akrab-akrab amat, tau luar dalamnya pun tentu tidak.
Ya saya juga masih terus belajar ilmu bersyukur yang kadang suka lupa. Saya masih suka (banget) banyak ngeluh sama keadaan saya, masih suka ngeluh ini itu yang sampai akhirnya saya capek menjadi seseorang yang tidak bersyukur. Saya akhirnya memilih untuk berdamai dengan diri saya sendiri, menerima dan berusaha bersyukur dengan apa yang saya sudah miliki selama ini.
Saya mulai bisa menjawab guyon-guyon memyakitkan itu dengan senyuman, tanpa merasa takut dihakimi lagi.
Dan saya lebih memilih untuk tetap percaya diri dengan segala kekurangan saya. Karena bagi saya definisi cantik itu bukan semata keindahan fisik. Tapi juga tentang keindahan atas hati yang ikhlas menerima segala kekurangan yang dimiliki.

Dari dewi putri yang 3 hari lagi mau masuk "kepala dua". Semoga gak pernah putus-putus bersyukur sama Tuhan.

Dewi Putri Lestari.

Jumat, 03 Juli 2015

Jauh dari Sempurna

Mungkin,
Warna kulitku sengaja dibuat seperti ini, karena jodohku menyukainya.
Bentuk wajahku seperti ini, karena jodohku menyukainya.
Kekonyolanku tidak bisa hilang, karena jodohku pernah jatuh cinta karenanya.

Mungkin,
Warna bola mataku sengaja dibuat Tuhan seperti ini, karena jodohku senang memerhatikannya saat aku dengan begitu antusias jika bercerita.
Rambutku dibuat sedemikian rupa oleh Tuhan, mungkin karena kelak jodohku senang membelainya.
Pun saat aku tersenyum,  Tuhan telah melukiskan garis lain bernama lesung pipi untuk melengkapi lengkungan itu karna mungkin Jodohku mungkin sangat menyukainya.
Hidung yang tak mancung ini, jerawat, dan kulit wajahku yang tidak mulus ini, adalah cara Tuhan menunjukkan bahwa jodohku menerimaku apa adanya.

Mungkin, mungkin, mungkin, mungkin, mungkin.......
sedemikian tidak sempurnanya aku, memang telah dirancang Tuhan sedemikian rupa untuk memberi tahu bahwa ada jodohku yang lebih dulu diciptakannya untuk menyeimbangkan juga melengkapiku. Seutuhnya.

Kamis, 02 Juli 2015

Menuju Dua Puluh

Tentang #speakbeautiful

Ini seperti membuka pikiran saya bahwa semakin dewasa, maka harusnya kita punya "penyaring" tersendiri untuk apa-apa yang akan kita lontarkan terhadap orang lain demi menjaga hubungan baik sesama manusia maupun menjaga perasaan orang lain agar tak sakit hati.

Ya, seperti itu kira-kira yang saya dapat mencerna dari hashtag yang sedang ramai diperbincangkan di sosial media.

Lalu saya mikir..... Agak lama juga sih ya mikirnya.
Banyak benarnya juga ya. Tentunya di usia yang hampir mencapai seperlima abad ini saya berusaha "putar balik" ke masa beberapa tahun silam untuk melihat bagaimana saya dulu.
Rasanya malu, malu banget kalau ingat yang dulu-dulu. Ya harap maklum kan masih labil (emang sekarang engga? Hehehe).
Ya saya bersyukur setidaknya saya merasa malu dengan melihat apa yang salah dalam diri saya di masa lalu.

Mau kayak gitu lagi ? Hmm jelas enggak mau pake banget.

Yakali sebagai manusia yang normal dan gadis yang harus melepaskan selempang "anak umur belasan" mau berubah jadi lebih buruk, gak ada.
Pengennya ya berubah jadi better ya bukan bitter hehehe.

Yah, dikit-dikit saya mulai merubah dari ucapan sampai tindakan. Ya walaupun baru dikiiit banget, yang penting usaha terus kan ya.
Saya mulai menjauhi twitter. Kenapa ? Saya ini tipikal orang yang suka ngomong alias cerewet, dan kadang suka gemas.
Nah dari ke-gemas-an saya itu terhadap hal-hal yang kadang "baru" di mata saya, membuat saya menjadi seseorang yang judgemental. Sedih banget menyadari kalo ternyata selama ini saya adalah orang yang judgemental-an.

Sedikit-sedikit saya mulai mengurangi menghiraukan kicauan-kicauan yang menurut perasaan saya itu ditujukan untuk saya. Nah ini jeleknya, menurut perasaan kok diturutin -_____-.
Sedikit demi sedikit saya mulai menerima apapun yang orang lakukan disekitar saya. Saya mulai berpikir, ya mungkin itu sudah pilihannya, itu yang bikin dia nyaman. Kenapa saya yang harus capek-capek buang energi untuk ikut ngerasa capek liat tingkahnya ? Ya selama itu gak merugikan saya, saya lebih baik diam.

Banyak yang sudah saya lihat dan seharusnya jadi tabungan saya untuk menjalankan hidup kedepan.

Sudah pukul 23.15 , janji saya hari ini akan tidur sebelum jam 00.00.

Selamat malam dari dewi yang ingin menata hidupnya jauh lebih baik lagi.

Dewi Putri Lestari

Hay kamu

Hay kamu, terimakasih sudah datang di waktu yang tepat.

Saat aku butuh teman berbagi.

Saat air mata mulai mengering.

Kau merekahkan senyuman di wajahku.

Kau menggoyahkan pendirianku.

Tak apa, aku tetap suka.

Hay kamu, terimakasih sudah bersabar.

Bersabar atas segala tingkah konyolku yang membuat perutmu sakit.

Hay kamu, masih mau melihat jingga?

Mari luangkan sejenak waktumu, pergi bersamaku melihat senja yang menjingga, berdua saja, di batas kota.

Dewi Putri Lestari

Selasa, 09 Juni 2015

Begini Ternyata

Begini ternyata, rasanya melepaskan tanpa harus merasa ditinggalkan
Mengikhlaskan tanpa harus ada aliran hangat disudut mata
Dan... harus memakai 'topeng' bahagia atas ketidakberhasilan untuk bertahan

Bahwa sesungguhnya aku masih ingin mencintaimu (terus)
Namun egomu yang terlanjur membesar, mengalahkan suara hati

Begini ternyata, menahan segala pedih melihat kamu akhirnya dibahagiakan oleh yang bukan aku.
Menahan segala rindu dalam ingatan yang selalu tentang kamu.
Kamu pernah menjadi satu yang paling kuinginkan,
juga satu yang harus aku tinggalkan, hari ini dan seterusnya.
Berbahagialah, di semesta lain mungkin aku dan kamu akan menemukan kita, sebagai aksara paling abadi dan selalu penuh cinta.

Dewi Putri Lestari

Prosa dalam Kereta

selamat tinggal sebuah kisah tanpa ujung
selamat tinggal pria dengan sorot mata tajam yang berdiri disana
selamat tinggal segala kenangan yang pernah ada
selamat tinggal seiring dengan kereta ini membawaku semakin jauh dari tempatmu berdiri
ketika ada seseorang yang berusaha memperjuangkanmu, disana ia tersadar seharusnya sudah bukan porsinya lagi untuk berjuang
ketika sekuat tenaga aku berusaha melepaskan bayanganmu yang terlanjur begitu melekat dengan semua organ ditubuhku
ketika semua akhirnya menemukan titik akhirnya masing-masing
ketika akhirnya tak saling memperjuangkan lagi
ketika kamu tahu bahwa sudah tidak ada lagi hal yang perlu diperjuangkan
saat itu juga, kereta ini membawa raga ku semakin jauh dari ragamu.
ketika kau tersadar aku tak lagi memperjuangkanmu, aku sudah tidak lagi berada di kota yang sama denganmu.
aku kembali ke kotaku untuk kembali menaiki anak tangga kehidupan.
suatu hari nanti jika kamu tahu aku berada di kota yang sama denganmu. ingatlah aku datang tidak untukmu. aku datang untuk mimpi-mimpiku.

Dewi Putri Lestari

Minggu, 31 Mei 2015

Entahlah

Apa yang akan kamu katakan pertama kali pada orang yang hampir lima tahun tidak penah kau tatap sorot matanya ?
apa kau akan diam ?apa kau akan membahas isu-isu hangat yang terasa basi ? atau bersikap biasa saja seolah kami seperti teman lama yang bertemu dalam sebuah reuni ?
Apakah pertemuan itu akan secanggung pertemuan tak diduga lima tahun silam ?
entahlah, ketika sudah terlampau banyak kejadian yang kita lewati di kehidupan masing-masing, lusa aku akan bertemu dengannya lagi.
iya, bertemu kembali setelah "kita" menjadi "aku" "kamu" .
kamu yang namanya tidak penah hilang dari ingatanku.
yang tak pernah luput namanya kusebut dalam percakapan panjang dengan Tuhan, meskipun hanya sedikit. Tapi namamu selalu ada. aku tak pernah bisa benar-benar pergi meninggalkanmu.
bukan hal yang sulit untuk selalu mengingat kebiasaanmu meski kita tak penah bertegur sapa.
Tuan, mengapa candu ini masih seperti dulu ?
mengapa hanya kamu yan selalu aku ingat meskipun aku berusaha menghapusnya ?
Tuan, lusa kita akan bertemu lagi.
aku akan kembali melihat sosok yang aku temui secara nyata beberapa tahun lalu
Aku akan bertemu dengan pria yang sorot mata tajamnya tidak pernah aku lupakan
pertemuan kita akan berlangsung sangat singkat. aku tidak tahu apa yang akan kita bicarakan nanti.
yang aku rasa hanya rasa deg-degan.
Entahlah apakah keadaanya masih sama atau sudah jauh berbeda.
Dan, entahlah apakah pertemuan itu akan benar-benar terjadi.

Dewi Putri Lestari.