YOU ONLY LIFE ONCE

Kamis, 24 September 2015

Seperti aku, Seperti kamu

Ada beberapa kisah yang memang harus berakhir tanpa akhir.
Ada beberapa rasa yang memang lebih baik hanya dibiarkan begitu saja, menguap di tengah jalan.

sumber gambar : google

Seperti aku seperti kamu
Dua orang yang sama-sama merasa nyaman namun tak pernah tahu harus berjalan kemana.
Seperti aku, yang membiarkan rasa nyaman terhadapmu ini lama bersarang pada hatiku.
Seperti kamu, yang berusaha menahan segala rasa nyamanmu agar tak terlalu dalam jatuh menuju hatiku.
Entah ini apa namanya..
Yang jelas saat ini aku enggan beranjak disisimu
Aku masih ingin terus disampingmu, menemanimu, dan menguatkanmu saat kamu lemah.
Kamu pun tidak pernah menepis segala rasa dariku
Kamu pun seolah meruntuhkan tembok pembatas rasa yang kamu bangun sendiri.
Seperti aku, seperti kamu..
Bahwa aku dan kamu tak memiliki titik temu yang pasti
Titik temu dari ribuan kilometer yang selalu membentang tanpa bisa ditentang
Tapi aku menikmatinya, entah aku tidak tahu kamu menikmatinya atau tidak
Lalu, aku bertanya pada diriku sendiri..
Mau sampai kapan seperti ?
Entahlah, hanya waktu yang punya jawabannya

Bahwa saat ini aku ingin tetap seperti ini, berada disisi ternyamanku, bersamamu

Bohong jika aku berkata aku tak punya harapan tentangmu
Munafik jika aku mengatakan bahwa aku tidak menyimpan rasa untukmu
Bila esok kamu menemukan aksara-aksaramu, cukuplah aku turut berbahagia atas nama teman yang pernah memiliki rasa padamu, yang rasa itu dibiarkan menguap begitu saja..
Tapi tenang saja, aku akan lebih keras dan lebih sering untuk me-lobby Tuhan agar nama yang tercatat sebagai bangku kananku adalah kamu :)


Dewi Putri Lestari.

Kamis, 10 September 2015

Sepotong sendu pada siang di awal September

"Masa lalu itu tidak akan pernah bisa dirubah"
Ya saya setuju kalimat itu. Siang ini sepulang saya dari tempat magang seperti biasa, saya duduk di balkon kamar saya sambil mengistirahatkan sejenak dari segala kepenatan hari ini.
Lalu saya iseng membuka beberapa sosial media yang sudah sangat lama tidak saya jamah, disana saya seperti menemukan mesin waktu dengan fitur "scroll timeline" dan menemukan diri saya di beberapa bulan bahkan beberapa tahun silam.
Saya menghela nafas, tersenyum tipis secara otomatis melihat saya beberapa tahun lalu. Tahun dimana saya patah hati, menemukan yang baru, dan berujung pada kehilangan lagi.
Ada rasa syukur tak terkira yang terselip siang ini. Saya bersyukur untuk semua yang pernah terjadi, apapun itu.
Air mata, caci maki, kegalauan, bahkan kebencian. Saya bersyukur semua itu sudah terlewati dan detik ini saya baik-baik saja.
Saya akhirnya menemukan jawaban atas pertanyaan yang menggema selama ini. Akhirnya saya tahu bahwa "hanya diri sendirilah yang paling bisa diandalkan" benar adanya.
Mau bahagia atau bersedih, semua itu adalah pilihan dan konsekuensi atas ketegasan pada diri sendiri.
Untuk setiap yang pernah terjadi dan menjatuhkan air mata saya bersyukur telah lulus melewatinya.
Sejujurnya, ke depan saya hanya seperti gadis normal di usianya. Saya ingin bahagia sewajarnya, sedih seperlunya, dan mengajar mimpi sekuat-kuatnya.

Saya pernah menjadi lemah ketika saya bergantung pada sosok yang akhirnya pergi juga. Saya pernah menjalani hari kosong karena saya terlalu mendewakan sosok yang jejaknya sudah hampir terlupakan.

Saya ingin menjadi saya yang sekarang ini. Dengan segala kekuatan dan kesibukan meraih mimpi.

Dari saya, gadis 20 tahun yang ingin berdiri di atas kaki sendiri, yang bahagia menjadi saya yang sekarang, apa adanya.

Dewi Putri Lestari.