YOU ONLY LIFE ONCE

Rabu, 28 September 2016

Ternyata Dia

Ada yang mengetuk jendela hati ketika ia tertalu banyak menuntut

Yang mengintip di balik tirai hati

Malu-malu merasuk kedalam hati

Lalu dihembuskannya angin kedamaian

Perkenalkan, dia adalah

Rasa syukur yang sering terlupa.

Orang Bilang

Orang bilang cinta itu segalanya

Orang bilang mempunyai pasangan membuat mereka merasa utuh

Orang bilang menyenangkan saat semua orang tahu ia dicintai oleh pasangannya

Orang bilang bersamanya bahagia pasti dapat direngkuh

Nyatanya, Dewi Asmara tak pernah berpihak padaku

Nyatanya, aku selalu disembunyikan seperti jarum dalam jerami

Nyatanya, pasanganku tak begitu

Nyatanya, masih ada sudut hati yang hampa

Nyatanya, semua yang orang bilang tidak terjadi padaku

Pada Hati

Ada yang patah hati.

Tapi bukan karena wanitanya.

Ia patah hati pada wanita lain.

Lalu wanitamu ? Terlupakan begitu saja.



Ada yang bertahan untuk berhenti, ada yang berhenti untuk bertahan.
Karena hati perlu ruang untuk bernafas.
Pada hati, segala urusan bermuara.

Ada Yang Patah

Ada yang patah ketika tidak dianggap

Ada yang patah ketika kau adalah salah satunya

Ada yang patah saat ia dipatahkan yang bukan kamu

Ada yang patah dan tak bisa kembali lagi

Ada yang patah dan terasa sakit... Hati.

Kamis, 12 Mei 2016

Cerita Lama Si Anak Desa

Saya tahu dia sangat bekerja keras untuk seluruh keluarganya. Lebih dari 15 tahun sebagai seorang "anak yatim" dan membantu ibunya berdagang,, masa kecil yang jauh dari kata berkecukupan membuat ia belajar dan bekerja keras untuk bisa memasuki posisi di jajaran kementrian.
Dia anak pintar yang kurang beruntung. Saat sekolah menengah pertama ia selalu menduduki jajaran 10 peringkat paralel di sekolah kami. Saat lulus dari sekolah menengah pertama, sebenarnya ia mampu duduk dijajaran Sma terbaik di kota kami. Tapi sayang, sekali lagi ia tak seberuntung kami. Ia lebih pintar, bahkan jauh lebih pintar dari kami, tapi tidak bisa masuk karena alasan biaya.
Dia menerima, dia ikhlas, dan dia tidak memberontak.
Dia masuk di sekolah menegah atas jauh dari kota, tentu saja dengan alasan biaya yang terjangkau. Masih teringat jelas perawakannya kala itu, sekitar 8 tahun yang lalu. Tinggi, kurus, rambutnya lurus.
Berbeda jauh dengan apa yang kami lihat saat ini.
Roda kehidupan memang selalu berputar. Hidup memang akan selalu berubah, dan Tuhan pun akan selalu berlaku adil sesuai kerja keras dan doa yang dipanjatkan terus-menerus oleh hamba-Nya.
Untuk yang sudah sangat berkecukupan dari lahir kami tidak heran jika nantinya ia akan terus hidup berkecukupan.
Tapi bagi saya, melihat sosok yang hampir 8 tahun terlupakan dari memori saya dan mungkin teman-teman lainnya adalah ketika si sederhana ini berubah menjadi abdi negara di jajaran kementrian.
Ini bukan tentang meninggikan hati dengan seragam,jabatan, atau apapun. Ini tentang semangatnya yang menular kepada kami, teman-temannya yang masih berada di jalan setapak yang terjal dan penuh kerikil.

Dari teman lamamu, yang sejak 10 tahun lalu menjadi adik kelasmu.
Semangatmu balik ke saya :)

Dewi Putri Lestari.

Ditulis November 2015.

Perempuan dan Senja Di Pelataran Toko


Senja selalu menjadi penghantar cerita kehidupan paling setia.
Setiap senja tiba, ada banyak cerita anak manusia menguap di jalanan. Pun ada yang menguap di pelataran toko tempat aku bekerja paruh waktu.
Ditempat ini, aku habiskan beberapa senja terakhir dengan menyaksikan segala apa-apa yang menguap, mengudara dijalanan.
Setiap langit mulai menampakkan semburat jingga nya bersamaan dengan riuhnya jalanan Jogja, aku saksikan pula anak manusia berpeluh dengan raut yang berbeda-beda.

Setiap senja punya ceritanya masing-masing. Setiap yang berani menentukan jalan hidupnya punya kisahnya masing-masing.
Pun dengan gadis yang mungkin lebih muda dariku 3 tahun. Sendu wajahnya yang sederhana khas perempuan Jogja yang terus ia balut dengan senyum dan tawa renyahnya setiap hari tidak dapat menyembunyikan cerita pilu di balik hitam bola matanya.
Tanpa aku memulai, ia tiba-tiba menceritakan segala apapun yang terjadi dalam hidupnya. Sekali lagi aku tertegun mendengar semua ceritanya. Segala lara, pilu, bahkan kehilangan terbesar sudah pernah ia rasakan. Lalu dia terdiam dengan wajah penuh kebingungan bercampur kesedihan.
Orang yang seharusnya menjadi pelindung setelah Ibunya tidak ada, justru hampir membuatnya kehilangan satu-satunya kenangan terakhir bersama ibunya. Kaget, tertegun, turut merasakan apa yang ia rasakan. Tapi begitulah kehidupan.

Saya hanya bisa merangkulnya, memberinya semangat dengan segala yang saya bisa, mendoakan agar segalanya tetap baik-baik saja.

Hidup memang terkadang terlalu keras untuk sebagian orang, sebagian lainnya menganggap hidup terlalu mudah untuk dijalani bahkan cenderung membosankan.
Tapi saya percaya Tuhan tidak akan menempa hamba-Nya sedemikian rupa.
Saya selalu percaya, apa yang akan Tuhan berikan kapadanya di kemudian hari adalah pengganti dari apa yang sudah diambil darinya.


Perempuan mungil, tangguh, dengan suara super nyaring.
Belum lama aku mengenalmu, banyak pelajaran hidup yang aku dapatkan.
Ditulis Jumat, 29 April 2016.

Sabtu, 16 April 2016

Menulis Dengan Jujur

Saya adalah tipe orang yang senang berbagi, apapun itu.
Entah itu kepedihan, kebahagiaan, kekuatan, dan apapun yang bisa saya bagikan.
Beberapa orang bilang tulisan saya ini mungkin menyentuh hati, mungkin menyadarkan tentang-tentang hal-hal kecil untuk selalu disyukuri, atau mungkin menguatkan sekalipun.
Saya tidak tahu.
Beberapa yang lain, menganggap saya sok baik, tinggi hati, dan suka pamer dan lain-lainnya. Saya tidak ambil pusing.
Menulis hal-hal jujur adalah kebiasaan saya.
Pernah terpikir untuk berhenti menulis tentang kegamangan, kepedihan, dan harus berbagi hal-hal yang menyenangkan, tapi saya keliru.
Ternyata, setiap tulisan yang seseorang buat itu ada alasannya. Sederhananya, ia hanya ingin berbagi. Itu saja.
Seperti halnya kebahagiaan yang kadang disimpan seseorang demi menjaga hati orang lain, begitu pula kesedihan yang mungkin kadang perlu dibagi agar bisa meringankan.
Karena bagi saya, menulis tentang kepedihan,kegamangan bukanlah perkara ingin belas kasih...
menulis tentang hal yang melulu membahagiakan juga bukan untuk meninggikan diri sendiri.

menulis dengan jujur, bukan hanya tentang ingin berbagi tapi juga berdamai dengan diri sendiri.

Hujan Bulan April
Dewi Putri Lestari.

Jumat, 11 Maret 2016

Apalah

Hahaha. Malam ini rasanya pengen banget nangis.
Capek, masuk angin, daaaan pengen manja.
Rasa ndableg rasanya betah banget lama-lama ngekos di badan gue.
Buntu, sumpek, blah mungkin lagi ada di titik dimana gue lagi capek se capek-capeknya.
Tapi masa iya mau nyerah ? Gue yakin Tuhan nuntun gue sampe ke tahap ini bukan untuk sebuah kegagalan, tapi untuk sebuah pencapaian dalam kehidupan gue. Ya cuma emang masih harus berjuang lagi.

Oke. Cukup.
Dewi Putri Lestari

Kamis, 28 Januari 2016

Segitu Parahnya (?)

Apa nya nih yang parah ? Hehehe.

Kali ini bakal jadi postingan gue yang jauh dari hal-hal yang termehek-mehek ataupun sebangsanya. Gue mau bahas hal lain. Hal apakah itu ? Udah baca aja.

Bentar. Kok pake gue-gue an ? Kan orang jawa ? Gausah belagu! (Pasti ada yang begitu)
Eits, tenang aja. Biar asik aja dong ya, masa aku kamu ? Nanti baper. Masa nyong koen ? Nanti banyak yang gak ngerti, yaudah pake gue lo biar asik aja. Sok asik ya -_- serah deh.

Mau sedikit membahas beberapa kejadian yang gue alami selama beberapa bulan ini.. Yang begitu parah menimpa diri ini hiks, ok lebay.

Iya, gue ternyata punya alergi obat sama makanan.
Asli baru tahu. 2015 adalah tahun dimana 2 kali muka gue jadi sasaran alergi. Sedih ? Jangan tanya! Sampe gapengen ngacaaaaaa boooooo

Alergi yang pertama terjadi di Mei 2015. Muka gue yang notabenya berminyak, tiba-tiba jadi kering kerontang kaya sawah yang udah lama gak dapet air, sedih gak siiih :(

Sumpah muka gue jadi kaku banget dan gak bisa mangap. Buat mangap masukin sendok ke mulut aja kulit bawah hidung gue langsung sobek, ajaibnya gak berdarah tapi periiiiiih. Kaya patah hati. Bye.

Emm terus lo alergi apa dew ?
Oke sebelum muka gue berubah jadi begitu, gue sakit dulu. Nah, ditanya tuh sama bu dokter langganan kesayangan gie itu gue punya alergi obat apa enggak, gue jawab dengan mantap "enggak" larena selama ini emang gue gak pernah alergi apapun. Singkat cerita , dapet lah gue obat segala macem.
Dokter gak bilang gue sakit apaan, pas sampe kosan, langsung dah tuh gue buka obatnya trus karena gue orangnya kepo-kepo bermanfaat gue search pah itu nama obatnya. Pas bagian nge-search salah satu obat ada peringatan tuh kalo obat itu bisa nimbulin efek samping yang lumayan buat yang punya alergi.

Obat apakah itu ? Merknya gue lupa (enggak lupa sih cuma takut di kira pencemaran merk obat -_-) , ada kandungan Diclofenat nya kalo gak salah juga begitu tulisannya.
Dua kali minum obat itu udah panas muka gue, gatel, merah gitu, tapi ya gue pikir gatel biasa. Nah gue terusin tuh sampe minum yang ketiga kalinya, besok paginya pas gue bangun, DAAAAAM muka gue kaku dan bagian bawah hidung sampe dagu bawah mulut sebelah kanan udah kaya koreng! Kaya koreeeng pemirsaaaa!!!!!!
Rasanyaaaa pengen nangis bangeeeet gue waktu ituuuuu, ngaca sekali doang trus udah gamau lagi, sedih, sedih banget :(.

Pas kejadian itu hari sabtu, gue mau balik lagi ke dokter gue tapi kan weekend jadinya tutup. Ya masa gue harus nunggu hari senin sih ? :(.
Akhirnya dengan saran sahabat gue sekaligus adik gue Devy Hapsari akhirnya memutuskan buat priksa ke apotik yang apotekernya ramah dan pinter. Bener kan, kata mbak apotekernya itu gue kemungkinan alergi kandungan Diclofenat, gue dikasih anti alergi yang di minum sehari sekali dan disuruh berhenti minum obat penyebab muka monster gue, yaiyalah gausah disuruh gabakal gue minum lagi dah tuh -_- .
Trus paginya hari minggu, gue memutuskan untuk lari ke skincare gue pada waktu itu, karena gue mikir ini kan udah sampe nimbul gitu kan ya di kulit kalo cuma dari dalem kan yang dari luar gabakal sembuh total. Waktu itu gue gabisa mikir gimana muka gue selanjutnya, apakah akan terus begitu ? Oh ya Tuhan, gue gak sanggup :(.
Di skincare itu gue konsultasi dulu, dokternya aja sampe kaget liat muka gue yang nyenyeh-nyenyeh gitu, akhirnya gue gak disaranin buat tindakan. Karena apa ?  Kulit muka gue rusaksaksak jaringannya, sumpah kayak luka bakar kena knalpot nemplek di muka, gue aja sampe sekarang masih sedih aja kalo inget. Fotonya ? Ada , tapi di kamera, kameranya di rumah. Bye aja lo dew.

Oke lanjut. Gue dikasih krim DG ( anti alergi) sama beauty soap, gak boleh pake makeup apapun sampe mendingan. Selama penyembuhan harus selalu pake masker biar gak kena debu.
Gue kira itu sabun mukanya ga bakalan perih, ternyataaaa buseeeeeettttt kaya di silet-silet muka gueee sumpaaaah -_____-
Perihnyaaaaa gak nahaaan, tiap cuci muka gue mesti nangis, saking perih+sakit+cekit-cekit :((((((
Habis cuci muka, muka gue yang kaku dan kaya koreng itu sedikit-sedik jadi lembab trus kayak jadi bubur gitu putih-putih trus di lap pake tissue trus ilang. Alhamdulillah, meskipun perih-perih kagak nahan selama seminggu kulit gue bisa normal lagi dan pada ngelotok gitu yang kaya koreng itu. Tepat seminggu gue balik lagi ke skincare.
Udah sehat tapi kandungan minyak di muka gue yang biasanya keling-keling kek wajan penggorengan itu habis. Bayangin aja gue yang biasanya berminyak tiba-tiba jadi keringringring keriput!
Akhirnya gue disaranin semprot vit c , karena muka gue kurang vitamin. Ya ibarat tanah, muka gue kurang pupuk lah ya.
Yaudah demi kesembuhan gue nurut. Nah dari situ muka gue berangsur-angsur membaik dan sempet jadi cling hahaha. Tapi semua itu hanya beberapa bulan sebelum negara api menyerang (lagi).

Hmm udah dulu ya ceritanya, tangan gue pegel nih. Nanti sambung di postingan selanjutnya ya . kapan-kapan. Hehe. Kalo mood nulis lagi.

Oh ya, gue nulis ini cuma buag sekedar berbagi sama temen-temen aja. Barangkali ada yang pernah ngalamin juga, jadi ga perlu panik kok. Yang penting langsung dihentikan aja konsumsi obatnya kalo ngerasa udah ada reaksi yang aneh.

Yaaaa intinya apapun yang kita alami harus disyukurin.

Udah ye.

Dewi Putri Lestari

Rabu, 06 Januari 2016

2016

Eh sudah 2016.
Selamat tahun baru semua.
Huf sudah 2016.
Tahun dimana bukan lagi mendengungkan resolusi macam pengen gemuk, bebas alergi, dsb.
Tapi lebih kepada apa yang sering kita sebut cita-cita ataupun impian yang harus selalu didengungkan didalam kepala agar tak pernah lelah berusaha menggapai meski terasa jauh.
Semangat berlari kencang tepat kedepan, pas pada sasaran. Kalau lelah istirahatlah, kalau lapar sempatkan makan. Selamat bekerja keras dewi :)

Dewi Putri Lestari.