YOU ONLY LIFE ONCE

Minggu, 12 Juli 2015

Sebuah senja dan Teman masa kecil

Hai Ramadhan , sudah tinggal satu minggu lagi kita bertatap di tahun ini..
Ramadhan selalu membawa cerita yang berbeda pada tiap orang.
Hari ini saya mendapat banyak pelajaran dari teman yang usianya 21 tahun, yang saat ini menjadi tulang punggung keluarga, dan bisa membiayai pendidikan adik-adiknya dan mengangkat kehidupan orang tuanya.

Saya mengenalnya lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Saya tahu benar bagaimana kondisi kehidupannya sejak kami masih anak-anak. (Maaf) Sangat jauh dari kata cukup.
Saya tinggal di lingkungan biasa (bukan perumahan). Jadi sejak kecil saya melihat macam-macam kehidupan, dari yang untuk makan hari ini saja ia harus berjuang keras sampai yang berkelimpahan makanan sampai-sampai makanan itu basi dan harus dibuang.

Ia membuka percakapan singkat kami sore tadi.
"mereka yang membuang makanan itu seharusnya tahu bagaimana rasa nya bersyukur. Kalaupun sudah tidak dimakan, ya berbagilah dengan tetangga kanan kirinya yang masih tidak bisa makan" .
Saya sering mendengar kalimat tersebut, tapi berbeda dengan kali ini. Hati saya seperti dihantam batu yang sangat keras. Pun malu.
Sementara saya masih terdiam, ia kemudian melanjutkan perkataannya.
"Bersyukurlah kalian yang masih bisa sekolah tinggi tanpa perlu memikirkan dan merasakan capeknya kerja"
"Bersyukurlah kalian masih bisa nongkrong di cafe mahal tanpa takut esok hari tidak bisa makan"
"Bersyukurlah karena kalian tidak perlu mengubur impian kalian hanya karna tidak punya biaya untuk melanjutkan sekolah"

DEG.
Bagi sebagian orang perkataan seperti itu hanyalah perkataan biasa. Tapi bagi saya kata-kata seperti itu harus terus didengungkan dalam kepala. Agar tak terlalu sering menuntut karna selalu mendongak ke atas. Supaya lebih sering melihat ke bawah, supaya lebih sering berucap syukur.

Setiap manusia yang lahir ke dunia, dia tidak pernah tahu akan lahir dari keluarga yang mana. Kalau semua boleh meminta, tentu saja mohon dilahirkan di keluarga yang berkecukupan.
Tapi Tuhan sudah membagi rata kan semua sesuai porsinya. Mungkin saya sendiri kalau diposisikan di tempat teman saya, saya belum tentu bisa menerima keadaan, dan berusaha keras untuk bangkit.

Dari sosoknya yang saya lihat sore tadi, tidak ada raut terbebani, tidak ada raut kesedihan. Yang terlihat adalah wajah lugu yang berseri penuh dengan keikhlasan dan segala penerimaan dalam hidup.

Terimakasih atas sore yang lebih hangat dari biasanya.
Terimakasih atas segala pelajarannya.
Aku tahu, sebentar lagi perjuanganku akan di mulai.

Dewi Putri Lestari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar