YOU ONLY LIFE ONCE

Minggu, 13 April 2014

Perpisahan (?)

Aku sangat benci mengucapkan "Selamat jalan sayang" atau "Hati-hati ya sayang, kabari aku kalau sudah sampai".



Aku benci melihatmu berjalan menuju peron stasiun, meninggalkanku semakin jauh, dan jauh lagi.
Aku benci harus melambaikan tanganku tanda perpisahan kita pada pesawat yang kau tumpangi
Aku benci tak bisa menahan hujan disudut mataku saat keretamu mulai melaju
Aku benci ... sangat benci
kau tahu alasannya ? tentu saja!
Perpisahan memang hal biasa yang sering kita jumpai.Namun perpisahan bukan perihal yang mudah dan sederhana. Lagi-lagi harus kunikmati kehampaan hari-hariku. Sejak ditinggal kamu, sesaat setelah lengkung senyummu yang khas itu lenyap ditelan gelapnya malam. Bergerak menjauh. Semua hanya mendekatkan aku, pada kesepian. karena kau selalu meninggalkanku saat pagi buta.
Perpisahan selalu jadi perihal yang rumit untuk kuterjemahkan.
Apalagi ketika sesuatu bernama rindu mulai menyergap tanpa kenal waktu. Terlebih ketika malam tiba, rasa itu semakin menusuk ke urat nadiku. Apa yang membuatku menulis ini? Rindu yang tak berbalas membuatku terlihat lusuh dan kurang waras. Bahkan ketika seseorang melontarkan leluconnya untuk menghiburku, tetapi tetap saja wajah dan tatapanku kosong, datar, tanpa ekspresi.
Jarak ini mengharuskan kita berada di titik koordinat yang berbeda . kamu di barat dan aku di selatan. Meski terkadang aku merindukanmu tapi ini menyenangkann.Untuk bisa bertemu denganmu, kita harus menempuh ratusan kilometer.  Kita pun tak bisa setiap waktu memutuskan untuk bertemu. kesibukanku dan kesibukanmu mengharuskan kita bersabar. semua itu membuatku melakukan aktivitas baru, kamu tahu? aku selalu hobi mencari dan menghitung tanggal merah di kalender. menanyakan kegiatanmu dan mencocokan dengan jadwal liburku. Terkadang ini jadi hal yang menyenangkan sekaligus menyesakkan. menyesakkan ?
Ya perpisahan. Bukankah setiap perjumpaan akan berakhir pada perpisahan ?
Aku memang selalu tak siap dengan perpisahan, apapun itu. Urusan merelakan dan menguatkan hati itulah tugasku setelah perjumpaan kita.

Sayang, tak perlu khawatirkan aku. Aku hanya ingin berjumpa denganmu, meski harus (selalu) berakhir dengan perpisahan untuk yang kesekian kalinya.


Pemulung Rindu, yang sedang memunguti hatinya,
 yang berceceran diantara jarak.

Dewi Putri Lestari :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar